Apa yang harus kukatakan pada mereka. Aku galau. Tak pernah ia sadari apa yang akan kukatakan padanya adalah sebuah rasa yang tak pernah ku beritahukan pada yang lain. Apa ini semua? Apa ini?
Tak bisa terpikir sebelumnya. Aku berada di pihak siapa? Aku berada di kubu siapa? Aku adalah aku. Aku tak pernah menjadi yang lain. Aku tak merasa terancam dengan semua itu. Biar apa kata mereka. Ini semua adalah aku. Ini pikiranku. Bukan mereka,kenapa slalu saja mereka yang dipersalahkan. Aku yang salah. Aku yang bimbang. Aku yang salah. Cukup itu. Tak perlu ada mereka disini. Antara kita. Antara kita yang tak pernah sejalan,karena kita tak pernah sehati mungkin. Aku hanya menjadi apa yang kupikirkan,kenapa slalu dipermasalahkan. Ini semua salahku. Salahku. Maaf. Cukupkah kata itu menjadi sebuah tuntutan yang diinginkan? Atau hanya menjadi pamungkas untuk terakhir kalinya?
Biar ini semua jadi bagian dari kita. Kita. Bukan mereka. Mereka seharusnya tak ada. Tapi mereka lah ada saat ku galau. Apa ini? Percayakah ini? Sungguh bukan mereka. Bukan mereka yang membuat ini meski pada kenyataannya lain. Sakit. Sakit ini mungkin sudah terlampau jauh. Tapi tak bisakah ku bertahan menahannya. Jawabnya tidak! Tidak! Tak bisa menahan yang terlampau dalam ini. Tak bisa menahan terlampau sakit ini. Inginku menyimpan sakit ini tapi ternyata tak mampu tertahan di kelopak mata. Jatuh. Sudah terjatuh. Bulir – bulir itu tlah sampai ke bumi. Haruskah kembali?
Tak bisa. Tak bisa kembali lagi. Tak bisa masa itu kan terulang. Ini mozaik takdir kita. Takdir kita dan mereka. Untuk apa berangan untuk kembali. Meski itu salah tapi aku tak bisa pungkiri,aku berangan untuk kembali. Ke masa aku, kita dan mereka adalah masa yang indah. Sungguh aku ingin begitu.
Hentikan rasa sesak ini. Hentikan rasa sakit ini. Hentikan apa yang tak bisa kuharapkan lagi. Tak bisa bermimpi lagi. Ini nyata. Ini bukan angan, ini bukan mimpi. Aku adalah apa yang aku pikirkan. Aku kembali sesak. Padang hijau itu, tuntun kakiku melangkah kesana kawan! Biar sesak ini tak lagi menyerangku. Menghilang.
_Bandung, 18 Oktober 2010_
0 komentar:
Posting Komentar