Sabtu, 20 November 2010

Kursi Roda dan Supir Angkot

Jalan Terusan Buah batu, Bandung memang sering ku lalui setiap akan ke kota Bandung. Setiap melewati jalan ini ku lihat sebuah kursi roda yang terkunci pada tiang listrik. Entah milik siapa?
tak pernah terfikir sebelumnya. Hingga suatu saat aku dan seorang teman hendak pulang ke Bogor ku ketahui siapa pemilik kursi roda itu.
Hari sudah sore, tapi kenginan untuk pulang ke Bogor harus tetap kami lakukan. Jalan Terusan Buah Batu cukup macet. Cukup membuat pusing juga. Tapi pulang adalah obat untuk semua itu. Tapi ini bukan inti cerita. Hingga saat kita naik angkot Buah batu-Kalapa menuju perepatan Soekarno Hatta ada hal yang tak terlupa saat itu. Di dalam angkot lumayan penuh, ada mahasiswa mahasiswi dan ibu - ibu serta ada bapak tua di depan di samping supir angkot.
Jalanan padat mereyap..
M : akhirnya pulang setelah sekian lama
N : ya... tapi kok macet euy,,
M : he'em, paling nyampe Bogor malem,
N : wah...gak papa Bogor malm hari,(tiba - tiba supir angkot menyalakan sign lampu akan belok kiri)
M : sayik motong jalan! ( merasa senang supir angkot memotong jalan )
penumpang yang lain : iya nih motong jalan
supir angkot : bukan, saya teh nganter bapak ini dulu,
Dengan sabar supir angkot belok kiri dan memarkir angkotnya di pinggir jalan, lalu ia membukakan pintu untuk bapak tua yang duduk disampingnya. Menggendongnya dan kursi roda yang sering ku lihat rupanya milik bapak tua itu. Setelah menggendong sampai bapak tua duduk di kursi roda, membantunya membuka kunci kursi roda dengan tiang. Setelah itu, dia ucapkan salam kepada Bapak tua itu. Dan menjalankan kembali angkotanya.
M diam, sudah kehabisan kata- kata mungkin, atau merasa malu ternyata supir angkot gak motong jalan tapi mengantar bapak tua.
Dan dalam benakku, kasian bapak tua itu. Kemana bapak itu pergi? Kenapa anaknya tidak mengantarnya? Kenapa supir angkot itu begitu taw bapak tua itu? Dimana anaknya sekarang? Mengapa dia harus naik angkot? ah...selalu saja berfikiran tidak baik.
Mengapa anaknya tega membiarkan bapak tua itu sendirian. Takut, begitu takut aku membayangkan yang lebih jauh. Dan hanya bisa berharap semoga yang aku pikirkan adalah salah. Semoga saat tua nanti tak seperti itu.
Dan teringat orang tuaku yang jauh disana. Maafkan aku yang belum bisa menjadi kebanggan beliau, belum bisa mewujudkan semua keinginan beliau, dan belum bisa membahagiakan keduanya. Ya Allah ampuni dosa ku, dosa kedua orang tuaku. Dan engkau kawan, semoga engkau slalu ingat kedua orang tua, jangan sampai kita tidak membalas segala jasa mereka.
Semoga Bapak tua itu baik - baik saja. Dan kursi roda itu semoga adalah bagian yang akan menemaninya.
Supir angkot yang baik hati, semoga rizki NYA slalu bersamamu. Semoga DIA memberikan imbalan yang sesuai. Dan pelajaran yang cukup menarik di hari itu, untuk selalu peduli pada orang tua kita, selalu peduli kepada orang - orang serta lingkungan sekitar kita. Akhir perlajanan ini adalah Bogor kota hujan.




0 komentar:

Posting Komentar

tea.blutterfly@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.