Rabu, 02 Juni 2010

bintang yang hilang

Mentari belum tinggi benar, tapi SMA Harapan Bangsa heboh dengan perubahan yang dilakukan Chika. Seantero sekolah bergosip ria tentang Chika. “Gila, Chika ternyata cantik banget ya.” komentar salah satu siswa kelas XII. “ Yang bener itu dilakukan Chika? Merubah penampilannya?” siswi kelas XI masih ragu mendengar kabar itu. Dan masih banyak komentar – komentar yang mendukung maupun menentang perubahan Chika.

Hingga majalah dinding sekolah minggu ini berita utama tentang perubahan Chika dan komentar para siswa. Headlinenews ‘Chika Aktivis Rois Buka Jilbab’.

Anak – anak Rois pulang sekolah mengadakan rapat mengenai apa yang dilakukan Chika pagi ini. Undangan rapat darurat telah disebarkan. Jam 2 siang rapat akan dibuka. Sepulang sekolah Farah langsung ke kelas Chika dan menariknya sampai ke taman belakang.

“Kamu sadar dengan apa yang akan kamu lakukan, Chik?” tanya Farah dengan hati – hati.

“Sadar.” Jawab Chika lirih tanpa menatap wajah sahabatnya Farah.

“Aku punya banyak alasan untuk hal ini, jangan kamu besar – besarkan masalah ini Far, apa yang akan aku perbuat akan menjadi tanggungjawabku sendiri.”Chika menjelaskan dengan mata sembab.

“Tapi kamu ingat bagaimana susahnya kamu dulu untuk menggunakan jilbab? Dan bagaimana perasaan ibumu yang membela mati – matian di depan ayahmu dulu? Apa kamu sudah memikirkan hal itu?”

“Aku tahu apa yang aku perbuat jadi sudah aku pikirkan itu.”

“ Tapi…”

“Sudahlah!! Aku tetap Chika, dengan atau tanpa jilbab.” Chika memotong perkataan Farah dan pergi meninggalkan sahabatnya dalam keadaan bingung dan sedih.

“Ya Allah, apa di balik semua ini? Berikan petunjuk kepada sahabatku Chika agar kembali kepadaMu.” kata Farah dalam hati, lalu pergi meninggalkan taman dengan hati galau.

JJJ

Masjid telah penuh dengan anggota ROIS tapi orang yang ditunggu belum juga datang, banyak yang sudah menduga – duga walau mereka tahu tak seharusnya mereka bersuuzdan. Gilang ketua ROIS yang sering disebut amir nampak tak seperti biasa. Kalau biasanya dia tenang dalam menghadapi setiap masalah, tapi kali ini dia terlihat agak gelisah. Apalagi Farah sahabat Chika belum muncul juga. Padahal waktu sudah menunjukkan hampir pukul 3 sore masuk waktu sholat ashar.

“Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan Chika? Mengapa kamu melakukan hal yang bertentangan dengan agama? Apa yang terjadi padamu sesungguhnya? Ya Allah, tunjukkanlah jalan-Mu kepada Chika agar dia kembali seperti dia yang ku kenal dahulu.” batin Gilang.

“Maaf saya terlambat.” suara Farah memecah keheningan yang terjadi dalam masjid.

“Ukthi Farah dari mana? Apa Ukthi Chika bersamamu?”

“Maaf. Ukthi Rena. Chika tidak bersamaku. Tadi dia pergi duluan. Memangnya dia tak ke sini?”

“Dia belum ke sini. Kami sudah menunggunya selama satu jam lebih tapi dia belum datang juga.” jelas Anna panjang lebar.

“Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ukthi Chika ? Apa Ukthi Farah tahu penyebabnya ?” Gilang menyahut dari seberang hijab.

“Saya juga kurang tahu. Walaupun saya dekat dengan Chika tapi akhir – akhir ini saya kurang berkomunikasi dengannya karena harus membantu ibu saya di toko.”

“Menurut teman – teman sekaliyan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi hal ini. Bukankah ini akan menjatuhkan nama baik Ukthi Chika dan juga ROIS sendiri tentunya.” Gilang mencoba untuk tetap tenang.

Rapat itupun berjalan tanpa kehadiran Chika. Farah merasa bersalah sekali karena tak mampu menasehati sahabatnya itu. Semua oaring yang mengikuti rapat mengeluarkan pendapat masing – masing. Mereka semua akan berusaha agar Chika kembali seperti sediakala. Mereka tak mau kehilangan aktivis yang handal dalam segala bidang seperti Chika. Pada dasarnya semua tak menyalahan Chika, mereka berpendapat bahwa ini adalah ujian buat Chika.Mereka berharap rencana untuk mengembalikan Chika seperti sediakala berhasil.

JJJ

PENGUMUMAN

BARANG SIAPA YANG MEMPERMASALAHKAN MENGAPA CHIKA BERUBAH PENAMPILAN AKAN BERURUSAN DENGAN FIRMAN.

Pengumuman itu jelas terpampang di majalah dinding di tembok dekat gerbang masuk. Semua siswa akan dapat membaca dengan jelas pengumuman itu.

Farah yang melihat hal itu terlihat kaget. Mengapa Firman mnegeluarkan pernyataan seperti itu. Semua siswa di SMA harapan bangsa tahu Firman adalah anak dari penyumbang dana terbesar di sekolah mereka. Tentunya mereka tak akan berani berbuat macam – macam dengan Firman. Lalu apa hubungan Firman dan Chika? Farah berusaha berpikir keras.

Pagi ini semua siswa tak lagi membicarakan Chika yang berubah penampilan. Mereka seolah melupakan hal yang terjadi kemarin. Chika tak lagi menjadi pembicaraan. Dan Chika kini tak nampak ceria seperti dulu. Di kelas Chika hanya melamun dan pandangannya kosong. Pelajaran hari ini tak dapat ia terima sepenuhnya. Saat istirahatpun ia memilih untuk diam di kelas.

“Chik, kita sholat Dhuha yuk?” ajakan Farah seolah tak didengarkan Chika, ia malah sibuk denagn pikirannya sendiri. “Ya sudah kalau kamu tak mau.” Farah meninggalkan Chika dengan harapan yang layu.

Selesai sholat Farah membawakan Chika roti kesukaannya. Ia berharap semoga Chika mau bicara walau hanya sedikit. “Ini untukmu, semoga kamu suka.” Farah meletakkan roti coklat di meja Chika tapi tak ada satupun kata yang terucap dari bibir Chika. Farah harus kembali menelan kebisuan Chika. Tanpa ia tahu apa penyebab semua ini.

“Aku kembali ke kelasku dulu. Assalamu ‘alaikum.” Farah mencoba tersenyum pada sahabatnya walaupun hatinya terluka karena ia tahu sahabatnya itu lebih menderita karena suatu hal.

Saat Farah keluar dari kelas Chika, ia melihat Firman menghampiri sahabatnya itu dan membisikan sesuatu. Farah tak ingin berburuk sangka tapi ia merasa ada sesuatu dengan mereka. Farah segera menepis prasangkanya karena ia tahu prasangka adalah dosa. Ia segera kembali ke kelasnya.

JJJ

“Farah!!” panggilan Gilang tak direspon walaupun jarak mereka tak terlalu jauh. Itu karena Farah sibuk dengan pekerjaannya di Toko.

“Assalamu ‘ alaikum.”

“Wa’alaikumsalam. Apa yang bisa saya bantu.” Jawab Farah tanpa melihat orang yang mengucap salam kepadanya.

“Bisa menunda pekerjaan Ukthi sebentar? Saya mau bicara.”

“Ehm…” Farah menghentikan pekerjaan merangkai bunga pesanan dan melihat kearah sumber suara. “ Gilang!”

“Maaf saya mengganggu. Boleh saya minya waktu sebentar untuk bicara?”

“Tentu. Silakan!”

“Saya gak bicara banyak. Cuma mau Tanya bagaimana dengan kelanjutan misi dakwah kepada ukthi Chika?”

Ekspresi Farah berubah. Wajahnya tampak sedih. Ia tak tahu lagi apa yang harus ia lakukan sudah satu minggu Chika tak mau bicara dengan Farah. Padahal setiap ada masalah Chika selalu cerita walaupun itu hanya masalah kecil.

“Chika masih tak mau bicara. Padahal dengan teman - teman sekelasnya dia tampak seperti biasa. Aku tak tahu apa penyebabnya. Dengan anak ROIS yang lain ia juga tak mau bicara. Kalupun bicara hanya sapaan saja. Sebenarnya apa yang aku perbuat hingga Chika begitu benci padaku.”

“Mungkin ia hanya butuh waktu. Suatu saat nanti ia pasti akan bicara denganmu. Insyaallah.”

“Mudah – mudahan begitu.”

“Ya sudah, silakan lanjutkan pekerjaanmu. Maaf mengganggu. O iya sampai lupa, besok ada rapat membahas festival budaya islam bulan depan. Saya harap kamu tetap bisa menjalankan acara dengan baik dengan atau tanpa Chika. Assalamu’alikum.” Gilang pergi setelah Farah menjawab salam darinya.

Dia ingat bulan lalu ia dan Chika telah merancang konsep festival budaya yang akan dilaksanakan bulan depan. Chika bersemangat sekali untuk melaksanakan festival ini, dan yakin banyak yang akan datang ke festival ini sehingga dana hasil dari penjualan tiket setelah dikurangi modal awal akan disumbangkan ke panti asuhan pasti lumayan. Kini Farah harus berusaha sendiri untuk menyelesaikan konsep yang telah dibuat agar dapat terlaksana dengan lancar.

JJJ

Sudah 3 minggu lamanya Farah dan timnya berusaha membuat acara yang sesuai dengan tema dan dapat menarik banyak kalangan hadir ke festival budaya islam. Farah tahu acara akan lebih baik dengan ide – ide cemerlang dari Chika tapi apa boleh buat dua minggu lalu Chika menyatakan keluar dari ROIS melalui surat yang tujukan kepada Gilang. Dalam surat itu ia mengatakan akan kembali ke ROIS apabila ia telah siap untuk kembali dan mengucapkan terimakasih dan permintaan maaf.

Farah sangat terpukul dengan hal itu, tapi apa yang harus ia lakukan karena sampai sekarang pun Chika masih belum mau bicara dengannya. Andai saja Chika punya kakak atau adik pasti Farah sudah bertanya kepada mereka tapi kenyataannya Chika adalah anak tunggal. Mau bertnya kepada orang tua Chika tapi ia tak tahu nomor HP keduanya, kalaupun ke rumah Chika pasti dia takkan diterima.

Farah mencoba melupakan sejenak apa yang terjadi dengan ikut ibunya ke kebun untuk memetik bunga pesanan pelanggan. Tapi ia malah teringat Chika karena bunga – bunga yang ia petik adalah kesukaan sahabatnya itu,.

“Ibu sekarang gak pernah liat Chika maen ke rumah lagi, kaliyan ada masalah?” tanya ibu membuat Farah sedikit kaget.

“Ehm…Farah sendiri gak tahu apa yang salah pada diri Farah hingga Chika menjauhi Farah, Farah dah coba buat tanya ke Chika tapi dia gak mau bicara ma Farah.” Farah mencoba menahan air matanya agar tidak keluar tapi malah tersedu – sedu.

“Ingat pelajaran ke-11 dalam mengahadapi masalah yang Ibu ajarkan?”

“Masalah seberat apapun pasti ada jalan keluarnya, dan yakinlah Allah takkan memberi cobaan melebihi batas kemampuannya, tawakallah.” kata Farah dengan sedikit terbata – bata karena habis nangis.

“Nah itu tahu! Anak ibu harus tetap tegar dan berusahalah untuk bicara sama Chika. Carilah waktu yang tepat untuk itu. Lebih cepat lebih baik supaya hatimu lebih tenang.”

“Makasih ya Bu, Ibu memang ibu yang terbaik.” Senyum Farah mulai mengembang.

Farah akan mencoba mendesak Chika untuk bicara dengannya besok pagi. Ya besok adalah hari Jumat, hari saat mereka berdua bertemu pertama kali watu SMP.

JJJ

“Chik, aku pengen ngomong. Sebentar saja. Kalau pun kamu masih gak mau bicara apa masalahmu tak apa – apa.” kata – kata ini yang akan diucapkan pada Chika, tapi bak disambar petir Farah melihat Chika berpelukkan dengan Firman di taman belakang. Bukan karena cemburu ia marah dengan hal itu, tapi ia tak menyangka Chika mampu melakukan hal itu di taman sekolah walaupun ia tahu jarang ada anak yang ke sana.

Entah apa yang mendorong Farah untuk melangkahkan kakinya menuju Chika dan Firman, Farah menarik tangan Chika lalu membawanya ke dekat gudang sekolah.

“Apa yang kamu lakukan Chik?” tanya Farah sedikit naik pitam, dulu mereka sepakat untuk menjaga diri seperti yang telah diajarkan Baginda Rasul tentang hubungan laki – laki dan perempuan.

“Apa?” Chika tak mau kalah keras.

“Pertama kamu buka jilbabmu, padahal sudah jelas dalam Al Quran kita harus menutup aurat, dan kamu tahu persis tentang itu, bahkan kamu yang mengajarkan adik – adik kita untuk menggunakan jilbab tapi kamu malah melepasnya.”

“Cukup!”

“Aku belum selesei!! Jangan potong perkataanku! Kedua kamu keluar dari ROIS tanpa alasan jelas padahal kamu tahu kamulah penanggungjawab acara untuk festival budaya besok, dan terakhir apa yang aku lihat tadi? Bukankah kita dilarang untuk mendekati zina? Tapi…Aku kecewa sekali denganmu. Tak apa kamu acuhkan aku selama ini tapi jangan kamu berbuat terlalu nekat.” Air mata Farah sudah tak tertahankan.

“Apa? Apa yang aku perbuat ? Tahukah kamu adalah penyebab semua ini!”

“Aku…” Farah tak percaya kalau Chika berbuat seperti itu karena dia. Apa yang salah pada dirinya?

“Ya KAMU!!” Kemarahan Chika meledak dan ia pun menangis.

“Kenapa denganku?”

“Bulan lalu, Aku pengen cerita masalhaku tapi apa?! Kamu sibuk dengan urusanmu sendiri, setiap aku pengen ngomong kamu sudah pulang dan itu terjadi lebih dari 3 kali.”

“Kenapa kamu tak pergi ke rumahku? Masalah apa?” tanya Farah dengan terbata – bata.

“Aku coba pergi ke rumahmu tapi kata pegawai toko ibumu, kamu sedang pergi dengan GILANG! Dan besoknya aku ke rumahmu lagi tapi apa? Ku lihat kamu duduk berdua dengan GILANG, tertawa – tawa.”

“Tapi…”

“Tapi apa?! Padahal saat itu aku sedang kalut karena mama akan bercerai dengan papa tanpa aku tahu sebabnya, sudah aku coba larang mereka bercerai tapi apa mereka tetap saja kokoh dengan pendirian mereka. Selama ini, mama yang mendukungku memakai jilbab tapi kini dia pergi tinggalkanku di rumah sendirian. Aku kesepian Far…”

Farah memeluk sahabatnya itu tapi Chika menolaknya.

“Aku kesepian tapi kamu!! Berdua dengan Gilang, padahal kamu tahu aku memendam rasa pada Gialng dan katamu dulu kita harus menjaga cinta-Nya tapi kamu tikam aku dari belakang!!” Air mata kedua anak manusia ini terus mengalir.

“Dan Firmanlah orang yang menyemangatiku saat itu. Karena juga dari keluarga broken home, dia yang ada saat kamu bersenang - senang dengan Gilang!”

“Tapi bukan itu yang sebenarnya terjadi.” Farah mencoba menjelaskan.

“Gak usah bohong!”

“Sakit Far, sakit…Orang yang selama ini aku percaya dan kuanggap kakakku dia mengkianatiku. Aku tahu aku tak bisa jadi sahabat yang baik untukmu….Tapi haruskah kamu balas dengan hal itu?” Chika berlari dan menghapus air matanya meninggalkan Farah, tanpa mendengarkan penjelasan Farah.

“Ternyata ini asalannya, apa rahasia di balik ini ya Allah?” ucap Farah setengah berbisik. “Kenapa kamu pergi tanpa mendengarkan penjelasanku? Kamu salah paham Chik, aku tak ada apa – apa dengan Gilang. Asal kamu tahu Chik, Gilang sepupuku.”

JJJ

“Seminggu lagi festival dimulai, semua sudah siap dengan tugas masing – masing?” Gilang ketua festival budaya islam ingin meyakinkan bahwa semua sudah selesei.

“Cip!” semua menjawab serentak dan penuh semangat untuk pekerjaan ini, mereka berniat untuk membantu anak – anak yang bernasib tidak sebagus mereka. Niat itu sudah tertanam dalam – dalam hati mereka. Tapi untuk rapat terakhir ini Farah terlihat tidak bersemangat. Gilang yang dari tadi mengamatinya merasa bingung, acara akan dimulai seminggu tapi Farah terlihat tidak semangat. Selesei rapat Farah berjalan tanpa tujuan yang jelas. Ia berhenti di taman belakang sekolah. Diam, dan menerawang jauh. Angin bertiup cukup kencang agaknya sore ini akan hujan.

“Jangan bengong entar kesambet lho?!”

“Heh?” Suara itu mengagetkan Farah, dan dengan cepat ia menoleh ke belakang. “Kesambet angin? Ah udah biasa.”

Ada masalah? Aku lihat dari tadi kamu gak fokus dan kurang semangat.”

“Gak ada apa – apa kok.”

“Cerita saja, saya siap mendengarkan. Bukankah lebih baik mengungkapkan masalah daripada dipendam?”

“Ee anu, kenapa kamu kesini? Apa kata teman yang lain kalau kita berduaan di sini? Bukankah yang satunya setan?”

“Ya betul. Ya tinggal kita jelaskan kalau kita sepupu, mereka pasti mengerti.”

“Tapi…” lama sekali Farah berpikir untuk mengungkapkan masalah Chika.

“Tapi apa? Ceritakan saja.”

“Tapi, Chika menganggap kita lain, dia kira aku ma kamu ada hubungan spesial dia pikir kita lebih dari teman. Orang tunya kini sudah bercerai. Gara – gara itu dia membuka jilbabnya. Dia salah paham, dia merasa aku menjauhinya ketika dia punya masalah besar gara – gara aku deket ma kamu.” Farah mencoba menjelaskan penuh rasa bersalah tapi Gilang tertawa kecil.

“Ye, malah ketawa.”

“Maaf, apa sudah kamu jelaskan pada Chika kita itu sepupu?”

“Dia gak mau mendengarkan penjelasanku, padahal aku sudah mencoba menjelaskannya.”

“Berapa kali kamu mencobanya?”

“Baru tadi.”

“Yah, coba lagi. Mungkin dia akan percaya. Bukankah salah paham itu biasa. aku juga akan membantumu jika ia masih tak percaya. Assalamu’alaikum.” Gilang berlalu dari tempatnya.

JJJ

Telepon di rumah Chika berdering. Tapi tak ada yang menjawabnya.

“Hallo, Assalamu’alaikum. Bisa bicara dengan Chika?”

“Saya sendiri. Maaf ini siapa? Dan ada perlu apa? Bukankah ini sudah jam sepuluh malam?”

“Maaf mengganggu. Ini ante Ambar mamanya Farah.”

Jantung Chika berdegup kencang. Pikirannya kabur ketika yang meneleponnya adalah tante Ambar dan ia memberitahukan kalau Farah kecelakaan saat Farah ingin ke rumahnya tadi sore. Saat ini kondisi Farah kritis, dan terus memanggil nama Chika.

“ Ini salahku, tak seharusnya aku berkata seperti itu pada Farah tadi siang.”Chika segera pergi ke rumah sakit, ia berdoa agar sahabatnya dapat bertahan.

JJJ

“Bagaimana kondisi Farah tante? Maafkan Chika Tante, Chika yang menyebabkan ini semua.” Chika tak mampu menahan air matanya.

“Bukan salah Chika. Ini semua ketentuan dari Allah. Kita harus ikhlas.” walaupun sedih tante Ambar tetap membesarkan hati Chika. “Saat ini Farah masih di ICU, boleh dijenguk tapi hanya satu orang saja. Di dalam ada Gilang.”

Chika masih merasa kesal, mengapa Gilang datang lebih dulu daripada dia. Sebenarnya apa hubungan Gilang dan Farah. Benarkah mereka lebih dari teman? Pikiran itu berkecamuk di pikiran Chika.

“Kalau boleh tahu ada hubungan apa antara Farah dan Gilang?”

“Maksud Chika? Tante kurang paham.”

“Kenapa Gilang datang lebih dulu daripada saya? Apa Farah dan Gilang lebih dari teman?”

“Oh, ya mereka lebih dari teman karena mereka saudara sepupu, di sana juga ada orang tua Gilang, maaf tante tidak cepat memberitahumu karena tante tidak tahu nomor teleponmu dan Gilang yang memberitahu.”

Sepupu? Ternyata mereka sepupu? Kenapa aku bodoh sekali? Aku bodoh tak mendengarkan penjelasan Farah tadi siang. Chika semakin merasa bersalah. Dia menuduh sahabatnya sekian lama, hanya karena ia gelap mata.

“Assalamu’alaikum, baru datang Chik?”

“Bagaimana keadaan Farah? Maaf aku berburuk sangka. Dan menyebabkan ini semua. aku terlalu bodoh.”

“Sudah, tak usah menyalahkan diri sindiri. Ini semua kehendak Allah. Silakan masuk, dari tadi Farah memanggil – manggil namamu.”

“Baiklah aku masuk dulu.”

Chika mencoba melangkahkan kakinya ke kamar Farah, ia merasa sangat bersalah. Ia membuka kamar dimana Farah berbaring, Farah berbaring lemah tak berdaya. Chika tak kuasa menahan air matanya.

“Far, maafin aku, bukan kamu yang salah, ini semua salahku, aku tak mau dengerin penjelasanmu. Aku buka jilbab bukan karena kamu, aku yang bodoh mau saja dipengarugi Firman, aku langsung percaya pada perkataan Firman. Aku selalu saja kacau dan tak pernah tenang. Tak dapat berpikir jernih. Aku bodoh, maafin aku Far..”

“Aku mau kamu bangun, bangun! Maafin aku. Buka mata kamu Far, apa kamu tak mau memaafkan aku?”

Sudah semalaman Chika berada di kamar Farah. Air matanya tak pernah kering karena hal bodoh yang ia lakukan.

“Maaf, pasien harus diperiksa. Silakan Saudara keluar sebentar.” Perawat yang akan memeriksa mengembangkan senyum pada Chika.

Mentari pagi nampak cerah tak seperti hati Chika yang gundah. Pagi ini Chika berangkat ke sekolah dari rumah sakit, awalnya Chika ingin tak masuk sekolah tapi tante Ambar menasehati Chika agar ia tetap pergi ke sekolah, dengan berjanji akan memberi tahunya jika Farah dalam keadaan kritis.

Chika tak bisa fokus terhadap apa yang diberikan guru hari ini.

“Chik, gue lihat dari tadi lo ngelamun terus?”

“Firman! Ngagetin aja! Ngapain kamu ke sini?”

“Ngelamun terus? Ada masalah lagi?”

“Bukan urusan kamu, aku menyesal dulu aku menerima ide konyol kamu. Sekarang lebih baik kamu pergi saja. Karena aku tak akan mendnegarkan kamu lagi.”

“Maksud lo? Apa salah gue? Terserah deh!” Firman berlalu tanpa bersalah sama sekali, tiba – tiba HP chika bergetar.

“Hallo,,” Mnedengar apa yang disampaikan orang yang menelepon Chika, airmatanya tak dapat ia tahan. Ia berlari, mencari Gilang, dan akhirnya bertemu di dekat mushola sekolah. Mendengar berita yang disampaikan Chika, Gilang sedikit syok. Teman – teman yang lain yang kebetulan ada di sekitar mushola heran melihat Chika menangis di depan Gilang yang notabene ketua ROIS.

Ada apa Lang, Chik?” Toni yang tak mau berburuk sangka langsung menanyakan apa yang terjadi.

“Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Farah, Farah… telah meninggalkan kita semua untuk selama – lamanya.”

“Wah jangan bohong kamu Lang! Aku kemarin siang masih bersamanya. Masih membahas rencana festival minggu depan.” Rena tak percaya denagn berita yang baru saja ia dengar.

“Maaf, saya tidak memberitahu kaliyan semua, kemarin sore Farah kecelakaan dan mungkin ini adalah takdir Yang Mahakuasa.”

Chika berlari setelah memberi kabar pada Gilang. Tanpa peduli orang – orang di sekitarnya. Tapi sampai di dekat taman ia berhenti seolah – olah ia melihat Farah, dan akhirnya tak sadarkan diri.

JJJ

Maaf ku tak menjadi sahabat yang dapat menjaga perasaanmu, saat membaca surat ini aku tlah berada di alam yang berbeda.

Aku harap kamu bisa memaafkan semua yang kulakukan karena telah menyakiti hatimu. Semoga kamu bisa merelakan perbuatan burukku.Aku dan Gilang adalah sepupu. Percaya atau tidak itulah kenyataannya.

Aku berharap kamu tidak menyalahkan dirimu sendiri karena ini semua suratan Illahi. Aku juga berharap kamu dapat kembali seperti dulu. Menjadi Chika yang periang, terbuka, dan mandiri. Tentunya seorang jilbaber yang tangguh seperti mimpi kita dulu.

Salam sayang

Farah

JJJ

“Chik, pembukaan festival 5 menit lagi.” Rena mengingatkan.

“Terima kasih telah mengingatkan, sebelumnya mari kita berdoa agar festival ini dapat berjalan dengan lancar.”

Setelah hari yang kelam itu, Farah telah menjadi guru yang terbaik bagi Chika. Ia memperoleh pecahan – pecahan takdirnya. Dia kembali mengenakan jilbabnya. Kini jilbabnya lebih panjang daripada dulu. Teman – teman di ROIS tak keberatan dengan hadirnya Chika kembali, bagi mereka Chika hanyalah remaja yang khilaf dalam mengahadapi masalahnya. Kini Chika juga telah sadar masalah orang tuanya seharusnya dapat ia hadapi dengan mudah bila ia tetap pada jalan yang telah diridhoi Allah.

Posisi Farah sebagai koordinator acara festival digantikan Chika, pada dasarnya ini semua adalah ide mereka berdua.

“Far, aku janji akan jadi jilbaber yang tangguh. Acara ini untukmu. Untuk kita.” Chika meneteskan airmatanya. Ia berharap semoga ini adalah kebodohan terakhir yang ia buat.

“Mari kita buka acara…!!!” Gilang memberi semangat.

Bintang yang ada

Dulu kusiakan

Berharap bintang itu akan pudar dan menghilang

Tapi

Sesal tinggallah sesal

Yang terjadi bagai petir di siang hari

Bintang itu kini hilang

Tak ada bahagia di hatiku

Yang kuharapkan dulu berbalik

Kuingin bintang itu kembali bersinar

Walau hanya dalam angan

Karna ku tahu bintang itu tak kan kembali

Selamanya

Angin,

Sampaikan padanya kurindukannya

LLL THE END LLL

0 komentar:

Posting Komentar

tea.blutterfly@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.